“Selamat malam masyarakat, khalayak ramai, penduduk!”
Mendengar sapaan ini, bagi penggemar Stand Up Comedy Indonesia (SUCI) pasti langsung dapat menebak siapa yang sedang berbicara. Sejak beradu kocak di panggung SUCI 4, nama Dodit Mulyanto mulai melejit. Meskipun gagal lolos hingga final, namun gaya polos khas anak desa yang disuguhkan oleh Dodit membuat pria kelahiran Blitar, 30 Juni 1985 ini dibanjiri banyak tawaran open mic ke berbagai kota di Indonesia.
Lama sebelum menjadi stand up comedian, Dodit mengawali profesinya sebagai guru musik di SD Santa Clara Surabaya. Dodit mengaku pengalaman pertama open mic justru terjadi di tahun 2012 ketika teman-teman menodongnya untuk mencoba tampil di sebuah kafe di Surabaya. Sejak saat itulah Dodit makin berani tampil dan berusaha untuk selalu memperbaiki penampilannya. Karakter menjadi hal yang sangat penting bagi seorang komika. Sejak awal Dodit selalu konsisten membawakan karakter “Pria Jawa yang memegang erat budaya Eropa” dengan membawa biola sebagai penunjang penampilannya.
Di awal perjalanan karirnya sebagai komika, Dodit tak gengsi untuk belajar dari komunitas stand up. Selain itu Dodit pun rajin melihat penampilan komika lainnya sebagai sumber inspirasi disamping mempelajari teori dari buku. Inspirasi selalu didapatkannya dari berbagai situasi baik kondisi nyaman, santai atapun ketika mengalami momen tak menyenangkan. Dalam setiap candaannya Dodit selalu menggambarkan masa kecilnya sebagai anak yang hitam, kusam dan suka bermain di tengah sawah. Ciri khas lain dari Dodit yang selalu melekat dalam setiap penampilan adalah gaya gombalan yang selalu dilontarkan kepada salah satu penonton perempuan seperti, “ini panah cinta buat kamu, iya kamu…!”
Sukses meraih berbagai kesempatan untuk manggung di berbagai kota adalah pencapaian yang disyukuri oleh Dodit hingga saat ini. Tugas melucu di depan banyak orang menurutnya bukanlah hal hal yang gampang. Beberapa momen “garing” seperti penonton yang tidak tertawa ketika Dodit tampil kerap membuatnya harus belajar berimprovisasi agar dapat cepat mengalihkan perhatian dan memancing tawa penonton.
Menjalani kesibukan sebagai stand up comedian mengharuskannya terbang dari satu kota ke kota lainnya. Meskipun Dodit selalu mengatakan bahwa 24 jam itu terasa kurang, Dodit bersyukur dengan respon masyarakat yang begitu besar kepadanya. Di akun twitter-nya Dodit sempat menulis, “Hal sederhana yang saya rindukan, tiduran sambil memandang plafon kos-kosan dan lama-lama ketiduran”.
Penampilan jenaka Dodit memang menyuguhkan gaya candaan yang berbeda bagi penikmat stand up comedi di Indonesia. Tak perlu adu urat untuk membuat penonton terbahak-bahak. Sederhana dan apa adanya adalah karakter yang dibangun Dodit untuk meraih simpati penonton. Ingin tahu seperti apa aksi open mic Dodit Mulyantosecara langsung? Proman mengundang Dodit untuk hadir dalam acara launching Proman Can yang diselenggarakan pada Jumat, 28 November 2014 di Demang Resto Sarinah Jakarta Pusat pukul 20.00 – 21.30. Dengan tema #BuktiCAN Dodit akan menuturkan perjalanan hidupnya untuk meraih impian sebagai stand up comedian Indonesia!
actioncameradiary
ReplyDelete